OLEH: Abu Amru Radzi Othman
Infiniti atau dalam bahasa purba Melayu di sebut Ke tak terbatasan, ketakterkira dan satu lagi istilah yang saya lupa; ada dalam ilmu kita.
Namun ungkapan ini di pakai setelah jumlah hitungan kita habis. Dan jumlah hitungan kita tamat pada 10 kuasa 303 juta.
Sedang Barat, jumlah hitungan mereka waktu itu tamat pada 10 kuasa 12 juta.
Istilah Ketakterkira dipakai untuk duit dan kekayaan harta.
Nampak, Melayu sangat memperihalkan tentang harta kekayaan. Sebab kita adalah bangsa yang miliki harta melimpah ruah.
Ketika kita lalai pada Tuhan maka tuhan membenam kita dan menghinakan diri kita.
Andai sahaja Utimuraja, Orang Kaya-Kaya yang menguruskan Tentera Upahan Melaka punya 3000 orang hamba, maka Bendahara Sri Maharaja pula gagal mengenal hambanya lantaran banyak dan hambanya memakai pakaian orang berada.
Dari bangsa "Tuan" dan "Pemodal", bangsa ini menjadi Hamba dan kuli pecacai. Semuanya kerana kita mula menekuni tarikat dan berqasidah serta membuat bid'ah.
Aqidah kita juga makin parah bila sering berbicara pasal khurafat dan bomoh-bomohan.
Barbossa menggambarkan Bangsa Melayu pada 1512 - 1513 sebagai bangsa yang taat dan kuat beragama tetapi gemarkan muzik.
Nampaknya Barbossa tidak tahu hendak menyebut keadaan itu, padahal tabiat ini dikenal sebagai acara Sama' dalam kesufian. Atau pada hari ini dikenal sebagai Qasidah atau Burdah.
Tunggulah kehancuran lebih hina atas bangsa kita bila agamawan mula berjoget Ya Hanana.
Catatan sejarah telah menyatakan sufi dan qasidah pernah hancurkan leluhur kita maka pasti ia akan memusnahkan kita sekali lagi.
___________________________
~ Abu Amru Radzi Othman ~
Lajnah Sejarah Dan Tradisi
Telegram: https://t.me/gerakanpenamy
Instagram: https://www.instagram.com/gerakanpenamy
_____________________________
Dapatkan buku Menangkis Fitnah Yang Terpalit Pada Bani Umayyah! Untuk keterangan lanjut sila KLIK DI SINI .
Comments
Post a Comment