Karakteristik Kebudayaan 'Oceanic Maritime', 'Fluvial', dan Adraria: Cerminan Watak Melayu Banjar dan Jawa
OLEH: Abu Amru Radzi Othman
A: Masyarakat Maritim Laut (Oceanic Maritime)
- Contoh: Melayu Pesisir
[Jumlah Populasi]
- Biasanya tidak sebesar agraria, tetapi tersebar luas di pesisir dan pulau
- Terbentuk masyarakat pelbagai etnik (Melayu, Arab, India, Cina, Bugis, Aceh)
[Struktur Sosial]
- Lebih longgar, bersifat terbuka
- Sultan sebagai pemimpin politik & agama
- Pedagang memainkan peranan penting (kelas menengah kosmopolitan)
[Kerentanan Politik]
- Mudah runtuh bila laluan dagang berpindah (contoh: kejatuhan Melaka 1511)
- Bergantung pada kestabilan hubungan antarabangsa
[Kekuatan Ketenteraan]
- Armada laut sebagai kekuatan utama
- Menguasai pelabuhan lebih penting daripada menguasai daratan
[Matlamat Kekuatan / Penguasaan]
- Menguasai laluan laut & pelabuhan antarabangsa
- Kaya melalui perdagangan, bukan pertanian
[Falsafah Hidup]
- Hidup ini ibarat 'laut terbuka' -> perlu berani, fleksibel, sanggup menerima arus luar
- Identiti bukan statik, tetapi terbentuk melalui pertembungan budaya
[Sikap]
- Terbuka kepada budaya luar kerana hubungan dagang
- Suka merantau dan mudah berasimilasi
- Cenderung bersifat kosmopolitan, namun masih berpegang pada adat
- Berani menghadapi risiko (laut luas, perdagangan jauh)
[Kelebihan]
- Membangun jaringan perdagangan antarabangsa
- Kaya budaya hasil pertembungan (India, Arab, Parsi, China)
- Bahasa Melayu menjadi lingua franca Nusantara (mudah dipelajari, terbuka menerima kosa kata asing)
- Identiti fleksibel, mudah menyesuaikan diri di mana-mana
[Kelemahan]
- Identiti boleh mudah terhakis akibat pengaruh luar
- Kurang kukuh dalam pertanian dan penghasilan makanan sendiri (bergantung import)
- Kadangkala terlalu longgar dalam mempertahankan tradisi
[Masalah Bahasa]
- Bahasa Melayu bercorak kosmopolitan, kaya pinjaman Sanskrit, Arab, Parsi, Portugis, Belanda, Inggeris
- Dialek Melayu pesisir mudah difahami, lebih ringkas, sesuai untuk perdagangan
- Kadang hilang keaslian kerana terlalu banyak pengaruh luar
B: Masyarakat Maritim Sungai (Fluvial)
- Contoh: Banjar (Kalimantan Selatan)
[Jumlah Populasi]
- Lebih kecil & terkumpul di sepanjang sungai besar (Kapuas, Mahakam, Barito)
- Komuniti rapat, homogen, tetapi tetap menerima pedagang luar
[Struktur Sosial]
- Terikat pada ikatan kekeluargaan & kampung sungai
- Pemimpin lokal (kepala kampung, ulama) berpengaruh
- Lebih egaliter berbanding Jawa, tapi tidak kosmopolitan seperti Melayu laut
[Kerentanan Politik]
- Rentan pada bencana alam (banjir, wabak tropika)
- Mudah dipengaruhi kerajaan maritim laut atau agraria besar
[Kekuatan Ketenteraan]
- Terhad, biasanya pertahanan sungai & pasukan kecil
- Bergantung pada strategi geografi (menguasai simpang sungai, pasar terapung)
[Matlamat Kekuatan / Penguasaan]
- Menguasai sungai sebagai nadi ekonomi & identiti
- Kekuasaan ditentukan oleh kawalan ke atas pasar terapung & laluan sungai
[Falsafah Hidup]
- Hidup = 'air mengalir' -> saling bergantung, berdikari dalam komuniti
- Orientasi lebih ke dalam, memelihara tradisi sungai & adat tempatan
[Sikap]
- Terikat dengan sungai sebagai nadi kehidupan (perdagangan, perhubungan, penempatan)
- Oleh kerana Banjar adalah hasil amalgamasi dari Melayu Sumatera, Dayak Maayan dan Jawa maka sikap mereka berada dipertengahan antara 'inward looking' dan 'forward-looking'. Namun mereka lebih condong kepada 'forward-looking'.
- Ekonomi Banjar bergantung kepada air, dan mereka juga ada tradisi merantau seperti Melayu. Namun dari segi psikologi sosial, mereka mewarisi sikap Jawa.
- Suka berniaga kecil-kecilan, rajin dan tahan bekerja
- Lebih menjaga ikatan komuniti
[Kelebihan]
- Sungai sebagai pusat ekonomi memudahkan pertukaran barang (pasar terapung)
- Mampu bertahan dengan keadaan geografi paya & hutan
- Kreatif dalam mengolah hasil hutan, rotan, kayu, serta pertanian sawah di tepi sungai
- Bahasa Banjar jadi lingua franca pedalaman Kalimantan kerana praktikal
[Kelemahan]
- Bergantung pada laluan air: terdedah banjir, penyakit tropika
- Perkembangan lebih lambat berbanding maritim laut (kurang pengaruh antarabangsa)
- Terhad dalam teknologi besar kerana orientasi sungai
[Masalah Bahasa]
- Bahasa Banjar banyak dipengaruhi Melayu, Dayak, dan Jawa
- Berfungsi sebagai lingua franca Kalimantan Selatan, tetapi kurang dominan di luar wilayah
- Cenderung lebih konservatif berbanding bahasa Melayu pesisir
C: Masyarakat Agraria (Daratan)
- Contoh: Jawa Pedalaman (Yogyakarta & Surakarta (Solo), Mataram, sebahagian Jawa Tengah & Jawa Timur pedalaman)
[Jumlah Populasi]
- Populasi padat kerana sistem sawah padi -> Jawa antara wilayah paling padat di dunia
- Membentuk kerajaan besar & stabil
[Struktur Sosial]
- Sangat hierarki: raja -> bangsawan -> rakyat tani
- Ada sistem keraton (pusat simbolik & politik)
- Bahasa & adat penuh dengan lapisan status sosial
[Kerentanan Politik]
- Stabil secara dalaman, tetapi boleh hancur bila berlaku perebutan kuasa dalaman
- Kurang fleksibel bila berhadapan dengan kuasa luar (contoh: Belanda gunakan perpecahan keraton)
[Kekuatan Ketenteraan]
- Pasukan darat besar, hasil dari populasi padat
- Pertahanan berasaskan pedalaman (sawah, benteng, keraton)
[Matlamat Kekuatan / Penguasaan]
- Menguasai tanah subur sebagai asas legitimasi politik
- Kekuasaan diukur dengan kawalan atas sawah & tenaga tani
[Falsafah Hidup]
- Hidup = 'bumi subur' -> manusia mesti menjaga harmoni dengan tanah & adat
- Stabiliti lebih penting daripada keterbukaan
- Nilai kesopanan, hierarki, dan adat sebagai asas kehidupan
[Sikap]
- Sangat berpegang pada tanah (agraria)
- Stabil, hierarki masyarakat kuat, patuh pada struktur sosial (keraton, bangsawan)
- Cenderung kolektif, setia pada adat dan tradisi
- Sopan, halus dalam komunikasi, tetapi kadangkala feudalistik
[Kelebihan]
- Mampu mencipta sistem pertanian terancang (sawah, teresering)
- Kuat dalam budaya kerja kolektif (gotong royong)
- Seni dan budaya halus berkembang (gamelan, wayang)
- Bahasa Jawa punya sistem sosiolinguistik halus (krama, ngoko) -> lambang budaya tinggi
[Kelemahan]
- Kurang terbuka kepada luar, cenderung eksklusif
- Hubungan sosial terlalu hierarki -> rakyat bawahan kadang tertindas
- Mobiliti sosial rendah berbanding masyarakat maritim
[Masalah Bahasa]
- Bahasa Jawa sangat kompleks (lapisan krama, madya, ngoko)
- Hal ini menunjukkan peradaban tinggi, tetapi sukar dipelajari orang luar -> tidak jadi lingua franca
- Sebaliknya, Bahasa Melayu lebih 'demokratik' dan mudah, lalu menjadi lingua franca Nusantara
[Legasi Pemikir - LEKIR]



Comments
Post a Comment