Bilateral - Sistem Kekerabatan Suku Banjar

OLEH: Abu Amru Radzi Othman

Sistem kekerabatan dalam masyarakat Melayu (istilah yang dipakai di Malaysia) itu ada dua jenis:

(1) Unilateral

Sistem kekerabatan yang angota-anggotanya menarik garis keturunan hanya dari satu pihak saja iaitu sama ada dari pihak ayah (Δ) atau ibu (O).

Sistem Unilateral terbahagi kepada dua iaitu:

° Sistem kekerabatan Matrilineal adalah sistem kekerabatan yang anggota-anggota nya menarik garis keturunan hanya dari pihak ibu saja terus menerus ke atas lantaran ada kepercayaan bahawa mereka semua berasal dari seorang ibu (O).

Contoh masyarakat yang memakai sistem ini adalah:

- Minangkabau
- Kerinci
- Semendo (Sumatera Selatan)
- Lampung Paminggir

° Sistem kekerabatan Patrilineal adalah sistem kekerabatan yang anggota-anggota nya menarik garis keturunan hanya dari pihak ayah saja, kerana percaya mereka berasal dari seorang ayah (Δ).

Contoh masyarakat yang memakai sistem ini adalah:

- Alas (Sumatera Utara)
- Gayo
- Tapanuli (Batak)
- Nias
- Pulau Buru
- Pulau Seram
- Lampung Pepadun
- Bali
- Lombok


(2) Bilateral

Sistem kekerabatan yang angota-anggotanya menarik garis keturunan baik melalui garis ayah (Δ) mahupun ibu (O) secara sekaligus.

Dalam sistem kekerabatan parental ini, kedua orang tua mahupun kerabat dari ayah-ibu itu berlaku peraturan-peraturan yang sama, baik tentang perkawinan, kewajipan memberi nafkah, penghormatan, pewarisan.

Maka dalam sistem ini seseorang menjadi anggota kelompok kekerabatan ditentukan oleh garis keturunan ayah dan ibu orang tersebut. Dengan kata lain keturunan dari pihak ayah dan ibu sama-sama penting.

Maksudnya seorang anak hanya memperoleh semenda dengan jalan perkawinan, iaitu perkahwinan yang terjadi antara ayah dan ibunya, mahupun langsung oleh perkawinannya sendiri, mahupun secara tak langsung oleh perkawinan saudara kandungnya.

Contoh masyarakat yang memakai sistem ini adalah:

- Jawa
- Banjar
- Madura
- Sulawesi
- Acheh
- Sumatera Timur
- Riau

Bagi masyarakat Banjar yang kuat berpegang kepada syariat Islam, mereka akan menjadikan hukum agama sebagai penentu dalam kehidupan mereka, iaitu meletakkan hukum syarak diatas sistem parental terutama dalam masalah pewarisan harta.

Sebagai contoh sistem parental dalam panggilan keturunan masyarakat Banjar adalah adanya beberapa pangkat yang bersifat unisex. Pangkat ini akan dibezakan dengan menambah kata jantina di hujungnya, sama ada 'laki' atau 'bini'.

Contoh:

(1) Waring laki / waring bini
(2) Sanggah laki / sanggah bini
(3) Datu laki / datu bini
(4) Nini laki / nini bini
(5) Julak laki / julak bini
(6) Gulu laki / gulu bini
(7) Angah laki / angah bini
(8) Acil laki / acil bini
(9) Busu laki / busu bini

Berikut adalah hierarki keturunan masyarakat Banjar:


Waring
|
Sanggah
|
Datu
|
Kai / Nini
|
Abah + Uma / Mama
|
Kakak <- X - > Ading
|
Anak
|
Cucu
|
Buyut
|
Intah


CATATAN:

(1) Sebutan 'kai' dan 'mama' itu dipakai oleh suku Banjar Kuala

(2) Sebutan untuk mamarina (saudara ayah atau ibu):

Julak: saudara ibu bapa yang paling sulung
Gulu: saudara ibu bapa yang kedua
Angah: saudara ibu bapa yang di tengah
Acil: saudara ibu bapa yang lain
Busu: saudara ibu bapa yang bongsu

(3) Untuk gelar 'acil', terkadang dipakai Pakacil untuk lelaki manakala Makacil perempuan

(4) Kamus Pelajar Edisi Kedua mendefinisikan Melayu sebagai nama asal bangsa yang mendiami seluruh daerah Nusantara di Asia Tenggara serta bahasanya.
___________________________
Abu Amru Radzi Othman

Comments