OLEH: Abu Amru Radzi Othman
Setelah Jayanagara - raja ke dua Majapahit - dihapuskan pada 1328 akibat komplot dari pembesar Majapahit maka naik Tribhuwana Tunggadewi menjadi pemerintah ke tiga.
Tribhuwana ini adalah saudara perempuan Jayanagara tetapi dari ibu yang lain. Khabarnya Raden Wijaya tidak memiliki anak lelaki kecuali seorang sahaja yang lahir dari Dara Petak - Puteri Kerajaan Dharmasraya .
Ketika pemerintahan Tribhuwana inilah Adityawarman diangkat menjadi Wreddhamantri (Perdana Menteri). Sedangkan pada zaman Jayanagara - sepupu Adityawarman - memerintah, Adityawarman pernah menjadi duta ke China sebanyak dua kali.
Sebenarnya Jayanagara dibunuh oleh tabib diraja akibat pergolakan dalam istana kerana dia bukanlah keturunan Kertanegara murni melainkan anak kacukan. Ibu Jayanagara adalah puteri kepada Kerajaan Melayu Dharmasraya yang dihantar ke Majapahit setelah Dharmasraya tunduk kepada Majapahit. Pembesar Majapahit mahukan seorang pemerintah yang memiliki darah Kertanegara, darah Jawa secara murni.
Telah kita singgung dalam nota yang terdahulu tentang tiga sistem kekerabatan yang berlaku di Nusantara dimana ada suku yang menerapkan sistem Bilateral atau Parental. Kaum Jawa adalah salah satu daripadanya. Mungkin kerana itulah para pembesar Majapahit tidak ralat untuk mengangkat Tribhuwana Tunggadewi.
Kaum Banjar juga memakai sistem kekerabatan Bilateral. Maka hal yang sama berlaku kepada negeri kecil Kesultanan Banjar - Kepangeranan Tanah Bumbu. Dimana pemerintah yang ketiga adalah seorang wanita - Ratu Mas binti Pangeran Mangu.
Ratu Mas ini adalah cicit kepada Sultan Saidullah yang memerintah Kesultanan Banjar dari 1647 hingga 1660. Ratu Mas ini tidak memiliki anak lelaki malah hanya melahirkan seorang puteri. Kemudiannya puteri ini dilantik menjadi pemerintah disebuah wilayah kecil setelah Tanah Bumbu dipecahkan. Wilayah kecil ini dikenal sebagai Kepangeranan Batulicin.
Selain dari pemerintah pertama Batulicin, pemerintah kedua dan keenam turut seorang wanita.
Kembali kepada kisah Adityawarman, pada 1339 M telah dikirimkan ke Sumatera oleh Tribhuwana untuk menakluk seluruh pulau tersebut disamping menjadi wakil kepada Majapahit di sana. Kemudian pada tahun 1347 tanpa diduga oleh Tribhuwana, maka didirikan kerajaan Malayapura oleh Adityawarman. Beliau mengistiharkan pengunduran dari Majapahit dan menegaskan Malayapura merupakan negara bebas.
Malayapura ini adalah lanjutan dari Dharmasraya. Adityawarman mengambil kekuasaan dari bapa saudaranya, Srimat Sri Akarendrawarman. Tidak lama kemudian Adityawarman memindahkan ibu kota ke kawasan kawasan baru yang kelak dipanggil Pagaruyung. Siasahnya mungkin untuk menghindar dari serangan Majapahit.
Adalah lumrah dalam budaya Melayu untuk menukar nama negara atas alasan-alasan tertentu terutamanya perpindahan ibu kota. Sebagai contoh, Kerajaan Negara Dipa ditukar kepada Negara Daha setelah ibu kota dialihkan ke tempat baru. Begitu juga Kerajaan Banjarmasin dinamakan sebagai Kerajaan Kayu Tangi setelah ibu negeri dipindahkan ke Martapura, namun nama ini tidak mashyur.
Makanya dapat difahami bahawa asal muasal kepada Pagaruyung adalah Dharmasraya. Dari Dharmasraya maka ia berubah kepada Malayapura dan seterusnya Pagaruyung.
Majapahit agak terkesan dengan perbuatan Adityawarman ini lalu menghantar pasukan perang ke Pagaruyung beberapa kali. Pertama adalah pada 1365 namun pasukan Majapahit gagal. Kemudian pada tahun 1409 sekali lagi Majapahit menyerang Pagaruyung dan berlaku pertempuran di Padang Sibusuk. Sekali lagi Majapahit tewas.
Jadinya rencana untuk menakluk seluruh Nusantara yang dirancang oleh Gajah Mada tidak tercapai. Ketika pengangkatan Gajah Mada Perdana Menteri Majapahit (sekitar 1334M atau 1336M), dia telah bersumpah - yang dikenal sebagai Sumpah Palapa - ketika diangkat menjadi :
"Jika telah menundukkan seluruh Nusantara dibawah kekuasaan Majapahit, aku (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa"
[Legasi Pemikir - LEKIR]
Comments
Post a Comment