Kekeliruan Masyarakat Islam Dalam Masalah Ziarah Kubur.

OLEH: Muhd Faiz Sazali.


Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan untuk ziarah kubur ke pemakaman kaum Muslimin, karena ziarah kubur mengandung banyak manfaat. Manfaat ziarah kubur antara lain: akan melembutkan hati, mengingatkan kita kepada kematian dan mengingatkan akan negeri akhirat, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, 

 كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ أَلاَ فَزُوْرُوْهَا فَإِنَّهَا تُرِقُّ الْقَلْبَ، وَتُدْمِعُ الْعَيْنَ، وَتُذَكِّرُ اْلآخِرَةَ، وَلاَ تَقُوْلُوْا هُجْرًا.
 “Aku pernah melarang kalian untuk ziarah kubur, sekarang ziarahilah kubur kerana ziarah kubur dapat melembutkan hati, meneteskan air mata, mengingatkan negeri Akhirat dan janganlah kalian mengucapkan kata-kata kotor (di dalamnya).”

[HR. Al-Hakim (I/376) dari Sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu anhu dengan sanad yang hasan. Lihat keterangan lebih lengkap dalam Ahkaamul Janaa-iz wa Bida’uha (hal. 227-229) oleh Syaikh al-Albani rahimahullah.] 

Kenyataan Wahabi melarang ziarah kubur adalah kenyataan samada fitnah atau keliru. Wahabi atau Salafi sebenarnya menafikan larangan ziarah kubur. Tidak pernah ada dari kalangan Salaf melarang ziarah kubur. 

Adapun larangan tersebut adalah sebagai sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, 

نَهَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُجَصَّصَ الْقَبْرُ وَأَنْ يُقْعَدَ عَلَيْهِ، وَأَنْ يُبْنَى عَلَيْهِ (أَوْ يُزَادَ عَلَيْهِ) (أَوْ يُكْتَبَ عَلَيْهِ). 
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang untuk menembok kuburan, duduk-duduk di atasnya dan membuat bangunan di atasnya (atau ditambah tanahnya) (atau ditulis atasnya- ditulis nama atas nisannya).”

[HR. Muslim (no. 970 (94)), Abu Dawud (no. 3225), at-Tirmidzi (no. 1052), an-Nasa-i (IV/86), Ahmad (III/339, 399), al-Hakim (I/370), al-Baihaqy (IV/4) dari Sahabat Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhu. Tambahan pertama dalam kurung diri-wayatkan oleh Abu Dawud dan an-Nasa-i, tambahan kedua dalam kurung diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan al-Hakim. Hadits ini dishahihkan oleh at-Tirmidzi dan al-Hakim. Lihat Ahkaamul Janaa-iz (hal. 260).]

Dimana larangan tersebut terletak pada membuat binaan di atas kubur dan duduk di atasnya. Dimanakah larangan tidak boleh ziarah kubur itu? 

Jelasnya kubur di Malaysia dgn Tanah Arab berbeza dari struktur tanah. Namun tidak dinafikan ada tanah kubur runtuh disebabkan tanah lembap. Ini perlu penjelasan fiqh yang jelas samada perlu sedikit binaan seperti tembok untuk elak tanah runtuh. Namun bukannya binaan seperti kepok dibenarkan dalam syariat Islam. Malah dalam pembersihan kawasan kubur sememangnya menjadi keutamaan kita supaya tidak tersilap dan melangkah tempat jenazah disemadikan.

Selain itu terdapat larangan lain dari Nabi sebagaimana hadis, 

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang larangan untuk mengadakan perjalanan dengan tujuan ibadah ke tempat-tempat selain dari tiga tempat,

لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ: مَسْجِدِ الْحَرَامِ، وَمَسْجِدِيْ هَذَا، وَمَسْجِدِ اْلأَقْصَى. 
“Tidak boleh mengadakan safar/perjalanan (dengan tujuan beribadah) kecuali ketiga masjid, yaitu: Masjidil Haram, dan Masjidku ini (Masjid Nabawi) serta Masjid al-Aqsha.”

[HR. Al-Bukhari (no. 1197, 1864, 1995), Muslim (no. 827) dan yang lainnya dari Sahabat Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu. Terdapat juga di Shahih al-Bukhari (no. 1189), Muslim (no. 1397) dan yang lainnya dari Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Ha-dits ini shahih, diriwayatkan dari beberapa Sahabat derajatnya mutawatir, lihat Irwaa-ul Ghaliil (III/226 no. 773).] 

Adapun larangan itu adalah larangan menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah seperti tawasul dgn si mati (memuja kubur atau kuburiyun), membaca Al Quran dan lain-lainnya.

Jangan biarkan kita membiarkan diri sesuka hati menuduh tanpa usul periksa dalam bab beragama. Kembalikan kepada Al Quran dan As Sunnah serta kefahaman Salafus Soleh.

[Legasi Pemikir - LEKIR]



Comments